Dalam perjuangan penyebaran Islam di zaman
Rosululloh SAW, para shahabat tidak hanya diwajibkan mengangkat senjata
memerangi orang kafir, tetapi juga sekaligus mengangkat pena guna mencari ilmu
dan memahaminya serta mengajarkannya sebagai bagian dari perjuangan tu sendiri.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنِوْنَ لِيَنْفِرُوْا
كَافَّةً فَلَوْ لاَ نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ
لِيَتَفَقَّهُوْا فِي الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْا اِلَيْهِمْ
لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang beriman itu
pergi semuanya (ke medan perang), hendaknya pergi dari tiap-tiap golongan dari
mereka, ada beberapa orang untuk mencari kefahaman tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya
mereka itu menjadi orang-orang yang takut (kepada Alloh). (QS. Attaubat ayat
122)
Dengan ilmu, agama Islam ini akan tetap hidup
tumbuh dengan subur berkembang dan lestari. Dengan ilmu umat akan tetap
teramut, terjaga, terbina secara terus menerus dan berkesinambungan. Umat
senantiasa memahami akan hak dan kewajibannya dalam menjalankan ibadah.
اَلْعِلْمُ حَيَاةُ الْاِسْلَامِ وَعَامَدُ الْاِيْمَانِ الحديث (رواه ابو الشيح عن ابن عباس)
Ilmu adalah hidupnya Islam dan tiangnya agama. (HR
Abu Syaikh dari Ibnu Abas)
Maka peran muballigh sebagai ulama sangat
menentukan keberhasilan perjuangan, sebab ulama adalah sebagai penuntun umat
dalam melaksanakan ibadah, sebagai tumpuan bertanya dan tempat orang berselisih
faham untuk menyelesaikan masalah. Apabila ulama sudah tidak ada lagi di muka
bumi ini, maka hancurlah umat ini. Mereka akan melaksanakan ibadah dengan
caranya sendiri tanpa didasari ilmu yang benar lagi murni, mereka akan kembali
ke jalan sesat tanpa ada yang mengarahkan dan menunjukkan ke jalan kebenaran.
اِنَّ مَثَلَ الْعُلَمَاءِ فِي الْاَرْضِ كَمَثَلِ
النُّجُوْمُ فِي السَّمَاءِ يُهْتَدَى بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
فَاِذَا انْطَمَسَتِ النُّجُوْمُ اَوْ شَكَ اَنْ تَضَلَّ الْهُدَاةُ (رواه احمد عن
انس)
Sesungguhnya gambaran ulama di bumi ini
sebagaimana gambaran bintang-bintang di langit yang dijadikan petunjuk dalam
kegelapan di daratan dan lautan, ketika bintang-bintang itu telah sirna maka
hilanglah petunjuk.(HR Ahmad dari Anas)
اِنَّ اللَّهَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا
يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَدِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ
حَتَّى اِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَالاً
فَسُئِلُوْا فَاَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَاَضَلُّ (رواه البخاري في
كتاب العلم)
Sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut ilmu dengan
cara mencabut ilmu itu dari hamba-hambaNya, akan tetapi Alloh mencabut ilmu itu
dengan cara mewafatkan para ulama, sehingga ketika sudah tidak ada lagi seorang
alim pun yang tersisa maka manusia menjadikan orang-orang yang bodoh sebagai
pemimpin mereka, lalu ketika pemimpin yang bodoh itu ditanya maka mereka akan
memberi fatwa dengan tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan. (HR
Bukhori)
اَلْعُلَمَاءُ اُمَنَاءُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ (رواه ابن
عساكر)
Ulama adalah orang-orang yang diberi amanat oleh
Alloh atas makhlukNya. (HR Ibnu Asakir)
Kahadiran seorang ulama seharusnya dapat menjadi
motivator dan pendorong semangat meningkatkan ibadah umat. Ulama hendaknya
menjadi pioner kebaikan-kebaikan yang universalan. (dsdrcai13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar