Oleh: M. Hidayat Nahwi Rasul (Ketua DPP LDII dan Anggota Komisi Informasi Sul-Sel)
Dalam sepekan terakhir ini, Kota Jakarta mengalami musibah banjir yang telah melumpuhkan sendi-sendi perekonomian di jantung Ibukota tersebut. Korban pun berjatuhan. Tak sedikit pengungsi yang menempati kantong-kantong pengungsian dan membutuhkan bantuan. Penggalangan bantuan pun dilakukan oleh berbagai pihak, baik berupa uang maupun pakaian, makanan, minuman, tenda, sampai perahu karet.
Dibalik hiruk-pikuk peristiwa tersebut, kehadiran media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Berbagai media sosial, misalnya twitter dan facebook, telah berperan penting sebagai salah satu diseminasi informasi bencana. Di media sosial tersebut juga tersebar informasi terkait penggalangan dana dan bantuan lainnya yang sangat penting dalam upaya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.
Media sosial telah digunakan sebagai informasi penyaluran bantuan, informasi titik-titik daerah yang mendesak membutuhkan bantuan, undangan menjadi sukarelawan, dan sebagainya. Pada titik inilah, media sosial kembali menunjukkan sisi “sosial” melalui sarana aksi-aksi sosial yang melintasi aneka sekat perbedaan. Selain itu, media sosial pun bahkan dapat menjadi sarana keluh kesah para korban banjir. Di tengah terputusnya jalur lalu lintas dan aliran listrik, akses informasi menjadi hal yang fundamental. Disinilah internet, khususnya media sosial, memainkan peranan penting.
Harian Kompas edisi Sabtu (19/01) bahkan mengangkat peristiwa tersebut sebagai berita utama. Mengutip pernyataan sosiolog Imam Prasodjo, banjir Jakarta menjadi momentum bagi setiap orang untuk menolong sesamanya. Panggilan solidaritas sosial ini secara alami muncul ketika melihat orang lain menderita. Dengan media sosial dan aplikasi teknologi, solidaritas sosial akan makin solid tergalang dan mampu mengatasi berbagai macam kesulitan.
Dalam kehidupan masyarakat modern, teknologi informasi telah menjadi bagian yang sangat penting. Kehadirannya telah memasuki semua elemen kehidupan. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan adalah kehadiran media sosial. Media sosial sudah menjadi bagian dari sehari-hari dan bahkan telah menjadi gaya hidup. Menurut sebuah penelitian, 70 jutaan orang di Indonesia telah tersambung dengan internet dan 60% diantaranya telah menggunakan media sosial facebook, twitter, youtube, dan semacamnya.
Media sosial adalah sebuah media online, dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi. Media sosial memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki oleh media-media komunikasi lainnya, diantaranya pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.
Selain itu, pesan yang di sampaikan dalam media sosial juga cenderung bebas atau tanpa harus melalui suatu gatekeeper. Ciri lain dari media sosial adalah pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainnya dan penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju, maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia.
Media sosial telah membangun networking atau jaringan tanpa batas negara, agama, ideologi, dan mampu memunculkan nilai-nilai baru, misalnya; kepedulian/care, sharing, narsis, kejujuran hingga ekonomi kreatif. Respon yang cepat dan upload-updating tentang suatu kejadian melalui media sosial mendorong terwujudnya atmosfir komunikasi yang semakin berkualitas disemua level kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara. Tentu hal ini dapat terwujud bila dalam memanfaatkan media sosial didasari oleh prinsip-prinsip jujur, peduli, dan keinginan berbagi (share).
Mengutip pemikiran Hanifan, konsep social capital atau modal sosial merupakan aset atau modal nyata yang penting dalam hidup bermasyarakat. Modal sosial termasuk kemauan baik, rasa bersahabat, saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial.
Fukuyama (1999) menyatakan bahwa modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern. Modal sosial merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik, dan stabilitas demokrasi. Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di berbagai negara utamanya adalah akibat lemahnya modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Bangsa Indonesia sejak lama telah lama dikenal sebagai bangsa yang ramah dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan yang dituangkan dalam semangat gotong-royong. Gotong-royong bukan saja kekayaan sosial-budaya, tetapi juga modal sosial yang hampir secara merata dijumpai pada setiap sub-kultur masyarakat Indonesia. Namun, seiring dengan perubahan jaman yang diwarnai modernisasi di segala bidang, modal sosial yang sempat dianggap sebagai keunggulan komparatif bangsa Indonesia mulai menipis.
Optimalisasi pemanfaatan media sosial ke arah yang positif diyakini mampu mengembalikan semangat gotong-royong sebagai salah satu modal sosial yang selama ini terpinggirkan. Media sosial memiliki peran dalam membangun kembali modal sosial yang dilakukan dengan metode rekonstruksi sosial, yakni membangun kepedulian sosial yang pada akhirnya akan menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, serta mendorong kemandirian dan ekonomi kreatif. Dalam hal ini, rekonstruksi modal sosial akan meningkatkan kualitas sendi-sendi kehidupan dalam masyarakat, baik secara politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Kita pun optimis bahwa media sosial dapat menjadi perekat bangsa dan secara alami menseleksi nilai-nilai baru memperkaya modal sosial, semoga! (http\\www.ldii.or.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar