Pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2016, LDII Kabupaten Tegal menghadiri pembukaan Konfercab PC NU ke-13 kabupaten Tegal. Pada kesempatan tersebut Ketua DPD LDII Kabupaten Tegal Drs. H. Walidi W., MM menghadiri acara tersebut didampingi oleh anggota Wanhatda H. Tri Rahardi, dan Ketua Bidang OKK Kholidin, SP.
Acara yang bertempat di Gedung NU Slawi dibuka oleh Sekjen PBNU, HA. Helmy Faishal Zaini, menjelaskan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) harus menjadi organisasi yang terus menerapkan
nilai-nilai toleransi dan menyebarkan Islam yang damai dalam berbangsa
dan bernegara. Nilai-nilai yang diajarkan oleh ulama-ulama NU dalam
berdakwah sejak dahulu kala harus dipertahankan dan dikembangkan.
Hal
itu disampaikan Sekjen PBNU HA. Helmy Faishal Zaini saat membuka
Konferensi Cabang (Konfercab) Kabupaten Tegal, Sabtu (28/5). Dalam
sambutannya, Sekjen menekankan bahwa Islam di Indonesia hari ini menjadi
model alternatif keberislaman yang layak ditiru oleh negara-negara
berpenduduk muslim lainnya, utamnya oleh negara-negara Teluk seperti
Arab Saudi, Yaman, Iran, Suriah dan lain sebagainya.
“Kita yang
notebene orang Islam, kalau berkunjung ke luar negeri dan ditanya oleh
penduduk setempat, Indonesia memiliki apa? Rata-rata kita menjawab
Indonesia punya Borobudur. Ini bukti bahwa kita memiliki toleransi yang
tinggi meskipun yang membangun Borobudur nyata-nyata bukan dari kalangan
muslim,” jelas Helmy.
Sikap yang demikian itu menurutnya
merupakan modal yang sangat baik untuk mengembangkan sikap toleransi
yang bukan saja dengan cara saling menghargai namun lebih dari itu juga
saling mengisi satu sama lainnya. Hal tersebut menurut Helmy lumrah dan
banyak terjadi di masyarakat Indonesia. Relasi dan hubungan yang saling
mengisi antara satu pemeluk agama dengan pemeluk lainnya.
Mengutip
gagasan Ketua Umum NU KH. Said Aqil Siroj, pria yang karib disapa Kang
Helmy ini menyampaikan bahwa fungsi ulama di Indonesia ini sudah sangat
baik. Ulama dan kiai di Indonesia sudah mampu memenuhi dua aspek
sekaligus yakni fungsi mencerdaskan masyarakat dan juga mengayomi umat.
Fungsi pertama dalam terma Al-Quran disebut dengan liyataffaqahu fiddin sementara fungsi kedua disebut walyunzira qoumahum.
“Di
Indonesia sesungguhnya bukan tidak ada konflik. Ada. Namun skalanya
hanya bersifak lokal. Konflik itu tidak bisa berkembang karena
kiai-kiainya turun tangan untuk meredam konflik tersebut. Inilah
kehebatan kiai-kiai kita,” papar Helmy.
Selain menyampaikan
pentingnya sikap toleran untuk merengkuh perdamaian dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, pria kelahiran Cirebon ini juga mengemukakan
urgensi penataan organisasi. Menurutnya tanpa penataan dan manajemen
yang baik, mustahil sebuah organisasi akan berjalan dengan baik.
“Sudah
saatnya NU dikelola dengan manejemen yang baik. Apalagi di usianya yang
hampir memasuki satu abad. NU harus menjadi organisasi yang baik, rapih
dan tertata,” jelas Helmy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar