Cari Blog Ini

Senin, 16 Desember 2013

Kerjasama Perwanit SIngapura - LDII


singapura-ldii

Sebagai lembaga dakwah, LDII telah melakukan dakwah hingga ke lima benua. Salah satunya LDII memiliki kerjasama dakwah dengan Persatuan Wanita dan Teruna (Perwanit) yang berkedudukan di Singapura.
Pada pertengahan November lalu, DPP LDII melakukan kunjungan ke Singapura. Tujuannya adalah melihat dari dekat berbagai kegiatan pengajian dan dakwah yang dilakukan Perwanit. DPP LDII diwakili oleh Ketua Departemen Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) Ruly Kuswahyudi, anggota OKK Rioberto Sidauruk, dan dari Komunikasi, Informasi, dan Media Massa Ludhy Cahyana.
“Kami ingin melihat bagaimana pembinaan generasi muda, dan perkembangan Islam di Singapura,” ujar Ruly Kuswahyudi. LDII dan Perwanit telah menggalang kerja sama dalam bidang dakwah sejak 1990-an. Para anggota Perwanit, mengirimkan putra dan putri mereka untuk belajar di pesantren-pesantren di lingkungan LDII, sebaliknya banyak alumni pesantren LDII yang mengajar di majelis taqlim yang diadakan Perwanit.
Kalau menengok ke belakang, Perwanit bukanlah organisasi masyarakat keagamaan seperti halnya LDII. Justru, Perwanit yang didirikan pada 1958, awalnya adalah ormas untuk berkumpul para muda-mudi Malaya, yang saat itu berada di wilayah kerajaan Malaysia. “Kegiatan Perwanit dulunya sebatas rekreasi, main musik, sastra, dan budaya,” ujar Presiden Perwanit Suhaimi. Misi Perwanit adalah melestarikan budaya Melayu.
Lantas saat Singapura merdeka dari Malaysia pada 9 Agustus 1965, maka Perwanit menjadi salah satu ormas Singapura. Pada 1992, ketika Suhaimi dan Jamil Zaini masuk ke dalam Perwanit, mulailah nilai-nilai Islam masuk ke dalam organisasi kepemudaan tersebut. Suhaimi dan Jamil Zaini memperkenalkan lomba qiroat dan pengajian untuk menambah wawasan agama para anggotanya.
kerjasama-ldii-singapuraPada 1997, Suhaimi ditunjuk menjadi presiden Perwanit. Ia lantas mengurangi kegiatan menari dan bermain musik dari program kerja. Dia menggantikannya dengan berbagai olahraga, seperti sepakbola, sepak takraw, bowling. Bahkan Perwanit menjadi induk empat perguruan bela diri silat, di antaranya ASAD Singapura, Silat Gayo, Gagak Sakti, Pencak Pukulan Bawean, dan Padi Sejagat.
“Kami sering menjuarai lomba bowling tingkat nasional,” ujar Suhaimi berbangga. Hubungan Perwanit dan ormas Islam lainnya di Singapura sangat baik. Di Community Club dan Komite Aktivitas Malaya misalnya, Perwanit selalu diajak untuk meramaikan berbagai acara sosial dan kemasyarakatan. Di antaranya pelatihan leadership, festival budaya, dan olahraga, Perwanit selalu diminta mengerahkan anggotanya, yang mencapai 3 ribuan orang.
“Segala kegiatan kami disubsidi bahkan 100 persen dibiayai oleh negara melalui komite. Kami hanya menyodorkan proposal program setahun, lalu komite yang mendanai,” ujar Suhaimi. Selain hubungan dengan sesama ormas terjalin baik, hubungan dengan pemerintah Singapura juga terjalin baik. Misalnya setiap hari peringatan kemerdekaan Singapura atau National Day, Perdana Menteri mengumpulkan semua ormas, termasuk Perwanit.
Mereka mendengarkan pidato Perdana Menteri mengenai berbagai program kerja pemerintah untuk tahun mendatang. Setelah itu, semua ormas memberi tanggapan dan masukan kepada pemerintah, tak terkecuali Perwanit. “Pemerintah Singapura mendukung ormas, sebab ormas di Singapura adalah perpanjangan tangan pemerintah untuk mensosialisasikan kebijakan negara,” papar Suhaimi.
Program pengajian Perwanit terbilang tinggi, dimulai dari usia kanak-kanak hingga usia lanjut. Untuk pengajian umum, biasanya tiga kali dalam seminggu. Pemuda pemudi diberi pengajian khusus, mereka dilatih kepemimpinan. Dan sebulan sekali anggota Perwanit di seluruh Singapura mengadakan pengajian umum. “Kami memiliki program khusus untuk orang tua lanjut usia, agar mereka di usia tua tak berdiam diri saja. Namun memiliki kegiatan ajangsana sambil ibadah. Agar pikiran dan batin mereka selalu sehat,” ujar Suhaimi.   
Perwanit memiliki program Taman Pengajian Perwanit, berupa kelas-kelas agama. Setiap anggota baru diajarkan membaca Alquran dalam Kelas Bacaan, dan tuntunan beribadah dikelompokkan dalam Kelas Fardhu Ain (pelatihan sholat dsb), “Kami berharap LDII lebih banyak mengirim tenaga pengajar, untuk membantu kami membuat kurikulum untuk para pemuda pemudi anggota Perwanit,” ujar Suhaimi. (LDII News Network) (http://www.ldii.or.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar