Cari Blog Ini

Jumat, 06 September 2013

Ketua Komisi Bidang Dakwah MPU Aceh Dr. H. Syamsul Rijal, M.Ag : "LDII Harus Menyampaikan Yang Terbaik Kepada Masyarakat"


Ketua Komisi Bidang Dakwah MPU Aceh DR H Syamsul Rijal MAg: “LDII Harus Menyampaikan Yang Terbaik Kepada Masyarakat”

Islam di nusantara didominasi dengan mahzab Syafii. Namun begitulah keistimewaan Islam di nusantara, meskipun syafiiyah dominan namun perbedaan pendapat dikelola dengan baik. Sama halnya di Aceh, kerukunan dan saling toleransi dijunjung tinggi. “Meskipun dinamika politik tinggi, namun kehidupan agama tak terpengaruh,” ujar Ketua Komisi Bidang Dakwah MPU Aceh Syamsul Rijal, yang juga Dekan Usluhuddin IAIN Ar Raniry Banda Aceh.

Syamsul Rijal menggarisbawahi, hanya dengan persatuan dan toleransi umat Islam dapat berkontribusi untuk kehidupan berbangsa dan bernegara, “Berikanlah kontribusi, jangan hanya berselisih,” paparnya saat dijumpai di Kantor DPP LDII di Senayan, Jakarta. Berikut nukilan wawancara wartawan LDII News Network Ludhy Cahyana dan Frediansyah Firdaus.
Dinamika politik di Aceh sangat tinggi, apakah hal ini mempengaruhi kehidupan beragama?
Perjalanan dinamika politik tidak mempengaruhi substansi agama, kecuali agama di politisasi. Dulu misalnya perbankan syariah akan masuk di Aceh, namun berbenturan dengan kebijakan politik. Selebihnya tidak ada masalah, meskipun Aceh menerapkan hukum syariah.
Mahzab Syafii dominan di Aceh, bagaimana relasi dengan mahzab lainnya?
Aceh itu unik. Karena rakyatnya memiliki karakter keagamaan yang kuat, jadi berbagai perbedaan itu bisa dipahami. Hal itu juga terjadi sebagaimana pelosok Indonesia.
Anda berkeliling dan melihat berbagai fasilitas LDII, apa kesimpulan Anda?
Alhamdulillah, sebagai akademisi saya mendapatkan kesempatan melihat dari dekat desain kurikulum Ponpes Wali Barokah dengan berbagai referensinya. Desain ini baik sekali dan alangkah baiknya berbagai kurikulum yang telah diterapkan dapat dikembangkan untuk masyarakat luas. Sehingga cita-cita pembangunan santri bermuatan lokal dapat tercapai.
Bagaimana sebaiknya pengembangan fasilitas pendidikan yang dimiliki LDII?
Salah satu contohnya Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Al Ayubi (STAISA) di Ponpes Minhajurrosyidin. STAISA itu momentum strategis untuk dikembangkan menjadi universitas negeri. Hal tersebut dapat memperkokoh pencapaian dan esensi dakwah bagi seluruh elemen masyarakat.
Apa yang harus dilakukan LDII?
Saya kira sebagai sebuah kelembagaan yang banyak memiliki perhatian di bidang pendidikan, LDII sudah melaklukan hal yang terbaik. Namun LDII harus lebih terbuka dalam menghadapi perkembangan zaman. Apa yang sudah baik dipelihara, dan membuat penyesuaian sesuai perkembangan zaman. Misalnya substansi memaknai Alquran dan Alhadist harus dapat dipahami semua pihak. Pendidikan harus bisa mengakomodir itu.

Apa harapan Anda agar LDII lebih memiliki kontribusi social dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
Apa yang dikerjakan sudah baik, ke depan supaya bisa dipertahankan. Bukan hanya LDII namun dinamika ormas Islam secara umum, saya melihat kelembagaan bisa efektif jika memikirkan hal-hal positif, opini yang buruk itu tidak perlu dikomunikasikan kepada pihak lain, dan harus diselesaikan dalam kalangan internal. Selanjutnya cobalah LDII untuk lebih mendunia dengan berbagai program yang dimiliki. Satu lagi, kontribusi pada masyarakat adalah hal konkrit, bila dibandingkan dengan sibuk mengurusi perselisihan. Jadi saya pikir dakwah bil hal yang telah LDII lakukan patut menjadi contoh masyarakat
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar