Cari Blog Ini

Jumat, 24 Januari 2014

Jepang Mempersiapkan Musholla di Dalam Kereta

 Jepang Mempersiapkan Mushola di Stasiun Kereta


200 tahun lalu rakyat Jepang bersentuhan dengan Islam. Namun baru tahun 1900-an, seorang Jepang Mitsutaro Takaoka memeluk agama Islam. Islam berkembang lamban di Jepang.
Lambannya pertumbuhan agama Islam di Jepang, boleh jadi, lantaran rakyat Jepang sangat taat kepada agama Budha dan Shinto. Walhasil, hanya satu dari empat penduduk Jepang yang memeluk agama Islam. Atau sekitar 1,5 juta dari total 120 juta penduduk Jepang.
Meskipun minim penduduk lokal yang memeluk Islam, para imigran asing dari Timur Tengah dan Asia yang beragama Islam, banyak yang mendatangi negeri matahari terbit itu. Mereka bersekolah dan bekerja, bahkan berwisata. Jepang memang menjanjikan upah yang baik dan pendidikan terbaik di Asia. Jepang juga merupakan destinasi wisata terbaik di Asia. Gelombang pendatang inilah yang mendorong pemerintah Jepang membangun mushola dan restoran halal di setiap stasiun kereta api.
Sebagai referensi, Nankai Electric Railway melakukan studi banding ke Indonesia. Meminta saran Kementerian Agama dan ormas Islam, salah satunya LDII. Mengingat Jepang memiliki ikatan yang kuat dalam bentuk ekonomi dan sejarah dengan bangsa Indonesia.
Mengunjungi kantor DPP LDII di bilangan Senayan, Yano Itaru, salah satu Manager Nankai Electric Railway Co., Ltd. menyatakan kekagumannya terhadap LDII yang telah melaksanakan 3K (Komunikasi, Karya, dan Kontribusi) secara menyeluruh di segala bidang.
Menurutnya informasi yang didapatkan lebih dari cukup untuk ia laporkan dalam rapat direksi Nankai Electric Railway di Jepang. Hal ini terkait dengan rencana salah satu perusahaan kereta swasta terbesar di Jepang ini membangun tempat ibadah dan restoran halal bagi wisatawan atau warga jepang muslim di setiap stasiun mereka.

Untuk itu, mereka mengunjungi Indonesia untuk berkonsultasi dengan para ulama Indonesia, termasuk LDII. Yano Itaru dalam kunjungan itu didampingi Presiden Direktur PT. OSSI, Satoshi Miyajima, Eiji Ananda Putra. Saat berkunjung ke pengurus MUI Pusat di Jakarta, delegasi Jepang itu didampingi Sekretaris Umum DPP LDII H. Dody Taufiq Wijaya.
Dody Taufiq Wijaya yang mempresentasikan profil LDII di hadapan Yano, mengungkapkan pentingnya pendidikan rohani sejak usia dini, dan menjadikan manusia Indonesia sebagai sosok yang profesional religius. Untuk itu, sebagai lembaga dakwah, LDII berkewajiban membangun manusia Indonesia demi majunya bangsa. LDII juga, menurut Dody, sangat mendukung NKRI, dan tidak ingin paham-paham radikal dari 'Islam Impor' mempengaruhi umat Islam sehingga menciptakan perpecahan.
"Tujuan kaum radikalis jelas, ingin mendirikan negara Islam. Ini bertentangan dengan kultur Indonesia yang berazaskan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Banyak pemeluk agama lain di Indonesia yang dilindungi hak asasinya dalam beribadah. Jadi, NKRI adalah penting. Karena dengan NKRI, Indonesia bisa maju dalam kemajemukan," ujar Dody.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII KH. Abdullah Syam menyatakan LDII siap bekerjasama dalam segala bidang dengan pihak mana pun, termasuk Nankai. "Kami sangat menghargai kehadiran Yano San yang datang jauh-jauh dari Jepang hanya untuk berkonsultasi dalam pembangunan tempat ibadah kaum muslim di Jepang. Mudah-mudahan, di tahun mendatang, dengan adanya tempat-tempat ibadah dan restoran halal di stasiun kereta Nankai, jumlah wisatawan muslim akan meningkat," harap Abdullah Syam

Hadir dalam kunjungan itu, para pengurus DPP LDII lainnya semisal H. Prasetyo Sunaryo, H. Abu Bakar Sidik, H. Achmad Kuntjoro, H. Muhammad Ied, dan Eko Mugianto. (Eko Mugianto/Foto: Reza/LINES)
( http://www.ldii.or.id/ )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar