
Hadist Sunan Termizi No. 2117 Kitabul Washoya meriwayatkan sepasang suami istri yang selama hidupnya (60
tahun) bertaqwa kepada Allah namun ketika meninggal dunia mereka berdua masuk
neraka karena pada akhir hayatnya mereka meninggalkan wasiat yang keliru kepada
ahli warisnya.
Ini peringatan bagi kaum Muslimin pentingnya mengkaji dan
memahami syariat Islam tentang wasiat dan waris agar tidak melanggar dari ketentuan Allah dan Rasulullah s.a.w.
Dalam Surah Al-Baqarah
ayat 180-182, Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang yang bertaqwa agar
meninggalkan wasiat yang bagus (benar menurut ketentuan Allah dan Rasulullah
s.a.w.). Bagi orang yang mendengarkan wasiat hendaknya menetapi wasiat itu
sebab mengganti wasiat yang ia telah mendengarkannya adalah dosa. Sedangkan
merubah wasiat yang menyimpang (tidak sesuai ketentuan syariat) itu
diperbolehkan alias tidak berdosa.
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ
خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا
عَلَى الْمُتَّقِينَ (180) فَمَنْ بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا
إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (181)
فَمَنْ خَافَ مِنْ مُوصٍ جَنَفًا أَوْ إِثْمًا فَأَصْلَحَ بَيْنَهُمْ فَلَا إِثْمَ
عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (182)
Diwajibkan atas kamu sekalian ketika menimpa
salah seorang kamu sekalian mati agar meninggalkan wasiat yang baik untuk kedua
orang tua dan kerabat dengan bagus wajib atas orang yang bertaqwa.
Barang siapa mengganti wasiat setelah apa-apa
yang ia mendengarkan maka sesungguhnya dosanya atas orang-orang yang menganti
wasiat sesungguhnya Allah maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Barang siapa kuatir dari wasiat yang
menyimpang atau dosa maka membagusi antara mereka maka tidak dosa baginya
sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
[Surah
Al-Baqarah ayat 180 – 182]
Berdasarkan tuntunan Allah dan Rasulullah s.a.w dalam Quran dan Al-Hadist beberapa ketentuan wasiat dan waris antara lain:
1.
Wasiat adalah perintah
orang yang akan meninggal dunia untuk mensedekahkan sebagian harta kekayaannya
ke sabilillah (untuk kepentingan agama), yang jumlahnya tidak boleh lebih dari
1/3 (sepertiga) jumlah total kekayaan si mayit
5 – (1628) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى
التَّمِيمِيُّ، أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ
عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: عَادَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى
الْمَوْتِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، بَلَغَنِي مَا تَرَى مِنَ الْوَجَعِ،
وَأَنَا ذُو مَالٍ، وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ،
أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟ قَالَ: «لَا» ، قَالَ: قُلْتُ:
أَفَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ؟ قَالَ: «لَا، الثُّلُثُ، وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ
[ص:1251]، إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ
تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ، وَلَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي
بِهَا وَجْهَ اللهِ، إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا، حَتَّى اللُّقْمَةُ تَجْعَلُهَا فِي
فِي امْرَأَتِكَ» ، … الحدث
… dari
‘Amir bin Sa’id dari ayahnya, Ayah meriwayatkan: Rasulullah s.a.w. membesukku
pada haji wada’ dari sakitku yang hampir saja aku mati,
maka
aku mengatakan: “Wahai Rasulullah engkau datang padaku untuk melihat sakitku
dan saya memiliki beberapa harta dan tidak mewaris padaku kecuali satu orang
anak perempuanku, bagaimana apabila saya shodakohkan dua per tiga hartaku?
Nabi
menjawab: “Jangan”
Ayah
berkata: Aku katakan: “Bagaimana kalau aku shodakoh separoh?”
Nabi
menjawab: “Jangan, sepertiga saja, sepertiga dari hartamu itu sudah banyak,
sesungguhnya engkau jika meninggalkan ahli warismu keadaan kaya itu lebih baik
daripada meninggalkannya kondisi miskin dan minta-minta pada manusia. Dan
tidaklah engkau memberi nafkah dengan niat mencari wajah Allah kecuali dibalas
dengan nafkah itu sehingga menjadikan nafkah tersebut dalam mulut istrimu…
al-hadist
[Hadist Shohih Muslim No.
5 – (1628) Kitabu Kitabul Hibat]
2.
Tidak dibenarkan
mewasiatkan, membagi-bagikan hartanya kepada ahli waris
Bagian
ahli waris sudah ditentukan menurut Ilmu Faroid.
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا
حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ
وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَ2713 – حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ
عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ قَالَ: حَدَّثَنَا
شُرَحْبِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْخَوْلَانِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ
الْبَاهِلِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ عَامَ حِجَّةِ الْوَدَاعِ «إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعْطَى
كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، فَلَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ»
__________
[حكم الألباني] صحيح
__________
[حكم الألباني] صحيح
… Syurahbil bin Muslim Al-Khaulaani berkat: Saya mendengar Aba
Amamah Al-Bahili berkata: Saya mendenganRasulallah s.a.w. bersabda dalam
khutbah pada tahun haji wada’: “Sesungguhnya Allah sungguh-sungguh memberikan
haknya setiap yang memilik hak, maka jangan berwasiat kepada ahli waris”.
[Hadist Ibni Majah No. 2713 Kitabul Washoya]
3.
Wasiat dan waris
diperhitungkan setelah hutang-hutang si mayit dilunasi.
Surah
An-Nisa’ ayat 12 mengisyaratkan bahwa pembagian harta waris adalah setelah
wasiat dan membayar hutang. Berdasarkan ayat tersebut, kewajiban utama seorang
yang telah meninggal dunia adalah melunasi hutang-hutangnya. Baru setelah itu
sebagian sisa hartanya diwasiatkan ke sabilillah kemudian sisanya lagi dibagi
diantara ahli waris sesuai dengan perhitungan ilmu faroid.
2715 – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ
قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ،
عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: «قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالدَّيْنِ قَبْلَ الْوَصِيَّةِ، وَأَنْتُمْ تَقْرَءُونَهَا»
: مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ، «وَإِنَّ أَعْيَانَ بَنِي
الْأُمِّ لَيَتَوَارَثُونَ دُونَ بَنِي الْعَلَّاتِ»
__________
[حكم الألباني] حسن
__________
[حكم الألباني] حسن
… dari Ali meriwayatkan: Rasulullah s.a.w. mewajibkan membayar
hutang sebelum wasiat, dan kalian telah membaca ayat: مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ
يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ (dari setelah wasiat yang
mereka wasiatkan dengannya atau membayar hutang).
[Hadist Sunan Ibni Majah No. 2715 Kitabul Washoya]
4.
Sebuah wasiat harus
ditulis dan wasiat seseorang boleh ia ubah sebelum meninggal dunia
2738 – حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: «مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ، يَبِيتُ
لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ» تَابَعَهُ مُحَمَّدُ
بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
… dari Abdullah bin Umar r.a.: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Tidak benar seorang Muslim yang memiliki sesuatu yang di dalmnya ia
wasiatkan, paling lama dua malam, kecuali wasiatnya itu ditulis disisinya”.
[Hadist shohih Bukhari No. 2738 Kitabul Washoya]
12654 – أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ الْفَقِيهُ ,
أنا عَلِيُّ بْنُ عُمَرَ الْحَافِظُ , ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ
الصَّفَّارُ , ثنا عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ , ثنا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو , ثنا
أَبُو إِسْحَاقَ , عَنِ ابْنِ عَوْنٍ , عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ , عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: ” لِيَكْتُبِ الرَّجُلُ فِي وَصِيَّتِهِ:
إِنْ حَدَثَ بِي حَدَثُ مَوْتِي قَبْلَ أَنْ أُغَيِّرَ وَصِيَّتِي هَذِهِ ”
وَرُوِيَ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ:
يُغَيِّرُ الرَّجُلُ مَا شَاءَ مِنَ الْوَصِيَّةِ * السنن الكبرى البيهقي
… dari
Aisah r.a. meriwayatkan: “Seorang laki-laki hendaknya menulis wasiatnya: Jika
menimpa padaku kematian sebelum saya menganti dan wasiat inilah (yang
berlaku).”
Dan
diriwayatkan dari Umar bin Khatab r.a., sesungguhnya Umar berkata: Seorang
laki-laki boleh mengganti apa-apa yang ia kehendaki dari wasiatnya.
[Hadist Sunan Al-Kabiri
Al-Baihaqi No. 12654 Kitabul Washoya]
2117 – حَدَّثَنَا نَصْرُ
بْنُ عَلِيٍّ الجَهْضَمِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ
الوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، وَهُوَ جَدُّ هَذَا النَّصْرِ،
قَالَ: حَدَّثَنَا الأَشْعَثُ بْنُ جَابِرٍ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ حَدَّثَهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ وَالمَرْأَةُ بِطَاعَةِ
اللَّهِ سِتِّينَ سَنَةً ثُمَّ يَحْضُرُهُمَا المَوْتُ فَيُضَارَّانِ فِي
الوَصِيَّةِ فَتَجِبُ لَهُمَا النَّارُ» ، ثُمَّ قَرَأَ عَلَيَّ أَبُو هُرَيْرَةَ:
{مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ وَصِيَّةً مِنَ
اللَّهِ} [النساء: 12]ـ إِلَى قَوْلِهِ ـ {ذَلِكَ الفَوْزُ العَظِيمُ} [المائدة:
119] : [ص:432] هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ، وَنَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الَّذِي
رَوَى عَنِ الأَشْعَثِ بْنِ جَابِرٍ هُوَ جَدُّ نَصْرِ بْنِ عَلِيٍّ الجَهْضَمِيِّ
[Hadist
Sunan Termizi No. 2117 Kitabul Washoya]
Hadist Sunan Termizi No. 2117 Kitabul Washoya meriwayatkan sepasang suami istri yang selama hidupnya (60
tahun) bertaqwa kepada Allah namun ketika meninggal dunia mereka berdua masuk
neraka karena pada akhir hayatnya mereka meninggalkan wasiat yang keliru kepada
ahli warisnya.
Ini peringatan bagi kaum Muslimin pentingnya mengkaji dan
memahami syariat Islam tentang wasiat dan waris agar tidak melanggar dari ketentuan Allah dan Rasulullah s.a.w.
Dalam Surah Al-Baqarah
ayat 180-182, Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang yang bertaqwa agar
meninggalkan wasiat yang bagus (benar menurut ketentuan Allah dan Rasulullah
s.a.w.). Bagi orang yang mendengarkan wasiat hendaknya menetapi wasiat itu
sebab mengganti wasiat yang ia telah mendengarkannya adalah dosa. Sedangkan
merubah wasiat yang menyimpang (tidak sesuai ketentuan syariat) itu
diperbolehkan alias tidak berdosa.
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ
خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا
عَلَى الْمُتَّقِينَ (180) فَمَنْ بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا
إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (181)
فَمَنْ خَافَ مِنْ مُوصٍ جَنَفًا أَوْ إِثْمًا فَأَصْلَحَ بَيْنَهُمْ فَلَا إِثْمَ
عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (182)
Diwajibkan atas kamu sekalian ketika menimpa
salah seorang kamu sekalian mati agar meninggalkan wasiat yang baik untuk kedua
orang tua dan kerabat dengan bagus wajib atas orang yang bertaqwa.
Barang siapa mengganti wasiat setelah apa-apa
yang ia mendengarkan maka sesungguhnya dosanya atas orang-orang yang menganti
wasiat sesungguhnya Allah maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
Barang siapa kuatir dari wasiat yang
menyimpang atau dosa maka membagusi antara mereka maka tidak dosa baginya
sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
[Surah
Al-Baqarah ayat 180 – 182]
Berdasarkan tuntunan Allah dan Rasulullah s.a.w dalam Quran dan Al-Hadist beberapa ketentuan wasiat dan waris antara lain:
1.
Wasiat adalah perintah
orang yang akan meninggal dunia untuk mensedekahkan sebagian harta kekayaannya
ke sabilillah (untuk kepentingan agama), yang jumlahnya tidak boleh lebih dari
1/3 (sepertiga) jumlah total kekayaan si mayit
5 – (1628) حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى
التَّمِيمِيُّ، أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ
عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: عَادَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى
الْمَوْتِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، بَلَغَنِي مَا تَرَى مِنَ الْوَجَعِ،
وَأَنَا ذُو مَالٍ، وَلَا يَرِثُنِي إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ،
أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟ قَالَ: «لَا» ، قَالَ: قُلْتُ:
أَفَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ؟ قَالَ: «لَا، الثُّلُثُ، وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ
[ص:1251]، إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ
تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ، وَلَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً
تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ، إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا، حَتَّى اللُّقْمَةُ
تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ» ، … الحدث
… dari
‘Amir bin Sa’id dari ayahnya, Ayah meriwayatkan: Rasulullah s.a.w. membesukku
pada haji wada’ dari sakitku yang hampir saja aku mati,
maka
aku mengatakan: “Wahai Rasulullah engkau datang padaku untuk melihat sakitku
dan saya memiliki beberapa harta dan tidak mewaris padaku kecuali satu orang
anak perempuanku, bagaimana apabila saya shodakohkan dua per tiga hartaku?
Nabi
menjawab: “Jangan”
Ayah
berkata: Aku katakan: “Bagaimana kalau aku shodakoh separoh?”
Nabi
menjawab: “Jangan, sepertiga saja, sepertiga dari hartamu itu sudah banyak,
sesungguhnya engkau jika meninggalkan ahli warismu keadaan kaya itu lebih baik
daripada meninggalkannya kondisi miskin dan minta-minta pada manusia. Dan
tidaklah engkau memberi nafkah dengan niat mencari wajah Allah kecuali dibalas
dengan nafkah itu sehingga menjadikan nafkah tersebut dalam mulut istrimu…
al-hadist
[Hadist Shohih Muslim No.
5 – (1628) Kitabu Kitabul Hibat]
2.
Tidak dibenarkan
mewasiatkan, membagi-bagikan hartanya kepada ahli waris
Bagian
ahli waris sudah ditentukan menurut Ilmu Faroid.
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا
حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ
وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَ2713 – حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ
عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ قَالَ: حَدَّثَنَا
شُرَحْبِيلُ بْنُ مُسْلِمٍ الْخَوْلَانِيُّ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ
الْبَاهِلِيَّ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ عَامَ حِجَّةِ الْوَدَاعِ «إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَعْطَى
كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ، فَلَا وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ»
__________
[حكم الألباني] صحيح
__________
[حكم الألباني] صحيح
… Syurahbil bin Muslim Al-Khaulaani berkat: Saya mendengar Aba
Amamah Al-Bahili berkata: Saya mendenganRasulallah s.a.w. bersabda dalam
khutbah pada tahun haji wada’: “Sesungguhnya Allah sungguh-sungguh memberikan
haknya setiap yang memilik hak, maka jangan berwasiat kepada ahli waris”.
[Hadist Ibni Majah No. 2713 Kitabul Washoya]
3.
Wasiat dan waris
diperhitungkan setelah hutang-hutang si mayit dilunasi.
Surah
An-Nisa’ ayat 12 mengisyaratkan bahwa pembagian harta waris adalah setelah
wasiat dan membayar hutang. Berdasarkan ayat tersebut, kewajiban utama seorang
yang telah meninggal dunia adalah melunasi hutang-hutangnya. Baru setelah itu
sebagian sisa hartanya diwasiatkan ke sabilillah kemudian sisanya lagi dibagi
diantara ahli waris sesuai dengan perhitungan ilmu faroid.
2715 – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ
قَالَ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ،
عَنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: «قَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالدَّيْنِ قَبْلَ الْوَصِيَّةِ، وَأَنْتُمْ تَقْرَءُونَهَا»
: مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ، «وَإِنَّ أَعْيَانَ بَنِي
الْأُمِّ لَيَتَوَارَثُونَ دُونَ بَنِي الْعَلَّاتِ»
__________
[حكم الألباني] حسن
__________
[حكم الألباني] حسن
… dari Ali meriwayatkan: Rasulullah s.a.w. mewajibkan membayar
hutang sebelum wasiat, dan kalian telah membaca ayat: مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ
يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ (dari setelah wasiat yang
mereka wasiatkan dengannya atau membayar hutang).
[Hadist Sunan Ibni Majah No. 2715 Kitabul Washoya]
4.
Sebuah wasiat harus
ditulis dan wasiat seseorang boleh ia ubah sebelum meninggal dunia
2738 – حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: «مَا حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ لَهُ شَيْءٌ يُوصِي فِيهِ، يَبِيتُ
لَيْلَتَيْنِ إِلَّا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ» تَابَعَهُ مُحَمَّدُ
بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
… dari Abdullah bin Umar r.a.: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Tidak benar seorang Muslim yang memiliki sesuatu yang di dalmnya ia
wasiatkan, paling lama dua malam, kecuali wasiatnya itu ditulis disisinya”.
[Hadist shohih Bukhari No. 2738 Kitabul Washoya]
12654 – أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ الْفَقِيهُ ,
أنا عَلِيُّ بْنُ عُمَرَ الْحَافِظُ , ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ
الصَّفَّارُ , ثنا عَبَّاسُ بْنُ مُحَمَّدٍ , ثنا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو , ثنا
أَبُو إِسْحَاقَ , عَنِ ابْنِ عَوْنٍ , عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ , عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: ” لِيَكْتُبِ الرَّجُلُ فِي وَصِيَّتِهِ:
إِنْ حَدَثَ بِي حَدَثُ مَوْتِي قَبْلَ أَنْ أُغَيِّرَ وَصِيَّتِي هَذِهِ ”
وَرُوِيَ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ:
يُغَيِّرُ الرَّجُلُ مَا شَاءَ مِنَ الْوَصِيَّةِ * السنن الكبرى البيهقي
… dari
Aisah r.a. meriwayatkan: “Seorang laki-laki hendaknya menulis wasiatnya: Jika
menimpa padaku kematian sebelum saya menganti dan wasiat inilah (yang
berlaku).”
Dan
diriwayatkan dari Umar bin Khatab r.a., sesungguhnya Umar berkata: Seorang
laki-laki boleh mengganti apa-apa yang ia kehendaki dari wasiatnya.
[Hadist Sunan Al-Kabiri
Al-Baihaqi No. 12654 Kitabul Washoya]
2117 – حَدَّثَنَا نَصْرُ
بْنُ عَلِيٍّ الجَهْضَمِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ
الوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ، وَهُوَ جَدُّ هَذَا النَّصْرِ،
قَالَ: حَدَّثَنَا الأَشْعَثُ بْنُ جَابِرٍ، عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ حَدَّثَهُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ وَالمَرْأَةُ بِطَاعَةِ
اللَّهِ سِتِّينَ سَنَةً ثُمَّ يَحْضُرُهُمَا المَوْتُ فَيُضَارَّانِ فِي
الوَصِيَّةِ فَتَجِبُ لَهُمَا النَّارُ» ، ثُمَّ قَرَأَ عَلَيَّ أَبُو هُرَيْرَةَ:
{مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ وَصِيَّةً مِنَ
اللَّهِ} [النساء: 12]ـ إِلَى قَوْلِهِ ـ {ذَلِكَ الفَوْزُ العَظِيمُ} [المائدة:
119] : [ص:432] هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ، وَنَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الَّذِي
رَوَى عَنِ الأَشْعَثِ بْنِ جَابِرٍ هُوَ جَدُّ نَصْرِ بْنِ عَلِيٍّ الجَهْضَمِيِّ
[Hadist
Sunan Termizi No. 2117 Kitabul Washoya]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar