Cari Blog Ini

Selasa, 09 Juli 2013

Kemurahan Tidak Puasa Ramadhan


(LDII)-Puasa-Ramadhan

Puasa Ramadhan adalah salah satu Rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim. Meninggalkan puasa satu hari di bulan Ramadhan pahalanya tidak bisa ditandingi walau diganti dengan puasa satu tahun penuh.
Namun demikian syariat Islam memberikan kemurahan untuk tidak puasa di bulan Ramadhan kepada golongan tertentu, yaitu:
1.      Laki-laki atau perempuan tua renta yang sudah tidak kuat lagi berpuasa, bisa mengganti dengan membayar fidyah, memberi makan satu orang miskin tiap hari. Sedangkan orang tua yang masih kuat berpuasa tetap wajib tidak boleh meninggalkan puasa.
2.      Orang sakit pria atau wanita yang tidak mungkin diharapkan kesembuhannya, bisa mengganti dengan membayar fidyah, memberi makan satu orang miskin tiap hari.
3.      Ibu-ibu hamil atau menyusui yang mengkhawatirkan keselamatan bayinya, boleh tidak berpuasa namun wajib mengganti puasa di hari lain. Sedangkan wanita hamil atau menyusui bayi yang sehat, kuat dan gizinya tercukupi tetap wajib berpuasa.
4.      Para musafir yang bepergian sejauh perjalanan 1 hari atau kurang lebih 90 (sembilan puluh) kilometer, boleh tidak berpuasa namun wajib menggantinya di luar Ramadhan.
5.      Orang gila atau pikun selamanya, bebas dari kewajiban puasa Ramadhan dan tidak wajib membayarnya di kemudian hari.
Puasanya Orang tua, Orang Sakit dan Ibu Hamil atau Menyusui
…وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ…* سورة البقرة 184
… dan atas orang-orang yang menguat-nguatkan (benar-benar tidak kuat) boleh membayar fidyah memberi makan satu orang miskin …
[Surah Al-Baqarah (2) ayat 184]

Sesuai dengan tafsir dari sahabat Ibni Abbas sebagaimana tertulis dalam Kitab Faqih Sunnahbahwa ayat ini merupakan kemurahan bagi orang tua yang tidak kuat berpuasa dan orang sakit yang tidak bisa diharapkan sembuhnya, boleh tidak puasa dan mengganti dengan membayar fidyah.
وروى البخاري عن عطاء: أنه سمع ابن عباس رضي الله عنهما يقرأ: ” وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين ” قال ابن عباس ليست بمنسوخة، هي للشيخ الكبير، والمرأة الكبيرة، لا يتسطيعان أن يصوما، فيطعمان (1) مكان كل يوم مسكينا.
والمريض الذي لا يرجى برؤه، ويجهده الصوم، مثل الشيخ الكبير، ولافرق.
[السنة فقه]
Dan Imam Al-Buchari meriwayatkan dari ‘Atho’, sesungguhnya dia mendengar Ibni Abbas membaca ayat:“وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين”, Ibni Abbas mengatakan ayat ini tidak mansuh, ayat ini kemurahan bagi orang laki-laki dan perempuan yan sangat tua yang tidak mampu berpuasa, maka masing-masing dari keduanya memberi makan satu orang miskin setiap harinya, dan ayat ini kemurahan bagi orang sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya dan berat baginya bila berpuasa, hukumnya seperti orang yang sudah sangat tua, tidak ada perbedaan.

2318 – حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ عَزْرَةَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ} [البقرة: 184] ، قَالَ: «كَانَتْ رُخْصَةً لِلشَّيْخِ الْكَبِيرِ، وَالْمَرْأَةِ الْكَبِيرَةِ، وَهُمَا يُطِيقَانِ الصِّيَامَ أَنْ يُفْطِرَا، وَيُطْعِمَا مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ سْكِينًا، وَالْحُبْلَى وَالْمُرْضِعُ إِذَا خَافَتَا» ، قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «يَعْنِي عَلَى أَوْلَادِهِمَا أَفْطَرَتَا وَأَطْعَمَتَا»
__________
[حكم الألباني] : شاذ
… Ibnu Abbas berkata: “Ayat ini merupakan kemurahan / rukhshoh bagi orang laki-laki dan perempuan yang sangat tua, keduanya menguat-nguatkan berpuasa, bahwasannya keduanya boleh tidak berpuasa dan masing-masing (mengganti) memberi makan satu orang miskin setiap harinya, demikian pula wanita yang hamil dan perempuan yang menyusui bayinya ketika keduanya mengkuatirkan.
Imam Abu Dawud berkata maksudnya atas keselamatan bayinya, maka keduanya boleh tidak berpuasa dan (mengganti) memberi makan.
[Hadist Abu Dawud No. 2318 Kitabu Shoum]

وَقَالَ الحَسَنُ، وَإِبْرَاهِيمُ: «فِي المُرْضِعِ أَوِ الحَامِلِ، إِذَا خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا أَوْ وَلَدِهِمَا تُفْطِرَانِ ثُمَّ تَقْضِيَانِ، وَأَمَّا الشَّيْخُ الكَبِيرُ إِذَا لَمْ يُطِقِ الصِّيَامَ فَقَدْ أَطْعَمَ أَنَسٌ بَعْدَ مَا كَبِرَ عَامًا أَوْ عَامَيْنِ، كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِينًا، خُبْزًا وَلَحْمًا، وَأَفْطَرَ»
… Hasan dan Ibrahim berkata: “Perempuan yang menyusui atau hamil yang menguatirkan dirinya atau anaknya, maka boleh tidak berpuasa, kemudian membayar fidyah. Adapun orang yang sangat tua ketika tidak kuat berpuasa, maka Anas ketika telah sangat tua sungguh memberi makan / fidyah berupa roti dan daging pada satu orang miskin setiap hari kemudian tidak berpuasa, dlam setahun atau dua tahun (sebelum meninggal / setelah umurnya lebih dari 90 tahun)
[Hadist shohih Bukhari Kitabu Tafsir Al-Quran]
Puasanya Musafir
Orang yang bepergian dalam bulan Ramadhan juga diberi kemurahan untuk mokel, tidak berpuasa namun wajib menggantinya di luar bulan Ramadhan. Kemurahan tidak berpuasa bagi musafir untuk tidak puasa berdasrkan Firman Allah dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 184 juga dapat dikaji dalam hadist Shohih Muslim No. 100 (1119) Kitabu Shoum dan Hadist Shahih Bukhari No. 4275 Kitabul Maghozi.
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ …
Hari-hari yang dihitung maka barang siapa ada dari kalian sakit atau dalam bepergian maka hitungannya pada hari yang lain …
[Surah Al-Baqarah (2) ayat 184]

100 – (1119) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ مُوَرِّقٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي السَّفَرِ، فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ، قَالَ: فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا فِي يَوْمٍ حَارٍّ، أَكْثَرُنَا ظِلًّا صَاحِبُ الْكِسَاءِ، وَمِنَّا مَنْ يَتَّقِي الشَّمْسَ بِيَدِهِ، قَالَ: فَسَقَطَ الصُّوَّامُ، وَقَامَ الْمُفْطِرُونَ، فَضَرَبُوا الْأَبْنِيَةِ وَسَقَوْا الرِّكَابَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ذَهَبَ الْمُفْطِرُونَ الْيَوْمَ بِالْأَجْرِ»
… dari Anas r.a. dia berkata, kami bersama Nabi s.a.w. dalam suatu perjalanan, maka sebagian dari kami ada yang berpuasa dan sebagian dari kami ada yang tidak berpuasa.
Anas berkata: Maka kami tinggal di suatu tempat pada hari yang sangat panas, yang paling banyak naungannya di antara kami adalah orang yang yang mempunyai kain, dan sebagian dari kami ada yang berlindung dari panas matahari dengan tangannya.
Anas berkata: Maka robohlah orang-orang yang berpuasa sedangkan orang-orang yang tidak berpuasa tetap tegar. Kemudian mereka mendirikan beberapa kemah dan memberi minum beberapa kendaraan.
Maka Rasulullah s.a.w. bersabda: “Pada hari ini orang yang tidak berpuasa mendapatkan pahala”.
[Hadist Shohih Muslim No. 100 (1119) Kitabu Shoum]

4275 – …، وَعَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ [ص:146] عَنْهُمَا قَالَ: «صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى إِذَا بَلَغَ الكَدِيدَ – المَاءَ الَّذِي بَيْنَ قُدَيْدٍ وَعُسْفَانَ – أَفْطَرَ، فَلَمْ يَزَلْ مُفْطِرًا حَتَّى انْسَلَخَ الشَّهْرُ»
… dari Ubaidillah sesungguhnya Ibni Abbas r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. berpuasa, sehingga ketika sampai di tanah Kadid (mata air yang berada di antara tanah Qodid dan ‘Asfan( Rasulullah s.a.w mokel (tidak berpuasa), maka tidak henti-hentinya Rasulullah s.a.w. tidak puasa sehingga habis bulan Ramadhan.
Peristiwa ini terjadi pada masa Fathul Makkah

[Hadist Shahih Bukhari No. 4275 Kitabul Maghozi]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar